Aksi Cole Palmer dan Chelsea Bikin PSG Tampak Biasa Aja

Aksi Cole Palmer dan Chelsea Bikin PSG Tampak Biasa Aja

E2BOLA Menjelang final Piala Dunia Antarklub 2025, banyak yang sudah menduga bintang utamanya. PSG datang dengan status raja Eropa.


Paris Saint-Germain (PSG) datang dengan status raja Eropa. Mereka punya segalanya: nama besar, permainan solid, dan catatan kemenangan telak atas tim-tim kuat lainnya. Namun, sepak bola tidak mengenal naskah yang pasti. Di MetLife Stadium, New Jersey, cerita itu berubah drastis. Sang kampiun Liga Champions tumbang. Mereka tumbang bukan di tangan klub tradisional seperti Real Madrid atau Bayern Munchen, tapi oleh Chelsea—dan lebih tepatnya, oleh seorang pemain muda bernama Cole Palmer.

Usianya 23 tahun, tampil kalem, dan selama ini jarang jadi pusat perhatian. Namun, hari itu, Palmer mengambil alih panggung dunia dengan dua gol, satu assist, dan segalanya yang membuat PSG terlihat biasa saja.

Palmer: Aktor Utama yang Menggeser Bintang Paris.

PSG datang ke final dengan kepercayaan diri tinggi, menghancurkan Inter 5-0 di final Liga Champions, lalu menggilas Atletico Madrid dan Real Madrid masing-masing 4-0 di turnamen Amerika. Semua prediksi menjagokan mereka.

Namun, prediksi tinggal prediksi. Palmer membuka skor dengan sepakan akurat. Ia lalu mencetak gol kedua setelah mengecoh Vitinha dengan tipuan tajam dan menaklukkan Donnarumma sekali lagi. Saat pertandingan masih babak pertama, Palmer bahkan mengirim umpan manis ke Joao Pedro untuk gol ketiga Chelsea.

“Ini luar biasa,” ujar Liam Delap kepada FIFA. “Dia pemain kelas dunia dan hari ini dia menunjukkannya.”

Baca Juga

Galery

Apresiasi dari Rekan Setim

Sosok Palmer mungkin tidak banyak bicara, tapi rekan-rekannya tahu persis betapa besar pengaruhnya. Robert Sanchez bahkan tak ragu menganggapnya sebagai yang terbaik saat ini. “Cole Palmer adalah yang terbaik di dunia. Kalau dia belum yang terbaik sekarang, dia akan menjadi yang terbaik dalam dua atau tiga tahun ke depan,” ujarnya.

Malo Gusto juga memberi gambaran menarik tentang Palmer. “Dia selalu agak menyendiri, agak tertutup. Namun, dia orang yang sangat baik. Dia tahu kapan harus bicara. Dia juga tahu bagaimana membuat tim santai. Kami semua sangat senang punya pemain seperti dia.” Palmer mungkin bukan tipikal pemain yang suka menjadi pusat perhatian, namun di lapangan, ia menjawab semuanya dengan aksi nyata.

Menang dengan Rendah Hati

Palmer menutup laga dengan dua penghargaan: pemain terbaik pertandingan dan pemain terbaik turnamen. Namun, alih-alih membanggakan diri, ia justru mengarahkan pujian pada pelatihnya, Enzo Maresca.

“Jelas semua orang meragukan kami,” ujar Palmer kepada FIFA. “Kami tidak ambil pusing. Kami justru menggunakan itu sebagai motivasi tambahan dan bekerja keras di lapangan. Saya rasa, kami tampil luar biasa hari ini, terutama pelatih. Kami punya rencana permainan yang bagus dan kami mengeksekusinya dengan baik.”

Kalimat itu menggambarkan Palmer secara sempurna—tenang, fokus, dan selalu menaruh kepentingan tim di atas segalanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *