E2BOLA – Kontroversi tentang bola baru Premier League musim 2025/2026 mencuat menjelang pekan kedua.
Para penjaga gawang dari klub-klub top menyuarakan kekhawatiran serius terhadap bola resmi baru buatan Puma. Premier League memang resmi mengakhiri kerja sama 25 tahun dengan Nike dan kini memakai bola Puma Orbita Ultimate PL.
Para kiper takut akan sering membuat blunder fatal karena bola ini sangat licin dan pergerakannya liar di udara. Keluhan ini bukanlah hal baru dan berpotensi menjadi ancaman nyata. Berikut detail lengkap kontroversi yang memanas di Liga Inggris.
Keluhan Serius Para Penjaga Gawang
Keluhan tentang bola Puma Orbita Ultimate PL ini ternyata bukan yang pertama. Bola yang sama pernah digunakan di EFL Cup musim lalu. Saat itu, manajer Arsenal, Mikel Arteta, menjadi salah satu yang paling vokal mengkritik bola tersebut, menyebutnya “terbang dengan liar” dan menyulitkan timnya mencetak gol.
Pihak EFL menanggapi keluhan Arteta dengan singkat, menyatakan bahwa semua klub bermain dengan bola yang sama. Selain kiper, para striker juga disebut akan kesulitan mengendalikan arah dan kekuatan tembakan mereka dengan akurat.
Baca Juga
- Hasil Juventus vs Borussia Dortmund: Laga Dramatis Berakhir Imbang.
- Hasil Barcelona vs Valencia: Pesta Gol, Trio Fermin Lopez, Raphinha, dan Lewandowski Cetak Brace.
- Ruben Amorim Siap Dipecat Setelah Tren Buruk Manchester United.
- Erling Haaland Mengamuk, Manchester City Permalukan Manchester United di Kandang.
- Juventus vs Inter Milan: Duel Sengit yang Berpotensi Hujan Gol.

Siap-siap, Potensi Blunder Terjadi di Pekan Kedua Premier League.
Bola baru buatan Puma sebenarnya sudah digunakan sejak pramusim di Premier League Summer Series. Meski demikian, para kiper masih terlihat aman dari blunder di pekan pertama Premier League lalu, termasuk kesalahan Altay Bayindir yang dinilai murni salah antisipasi.
Jumlah gol yang rendah di pekan pembuka (20 gol) juga menjadi sorotan. Namun, situasi ini diprediksi akan berubah di pekan kedua. Para kiper yang mengaku masih sulit beradaptasi berpotensi besar melakukan kesalahan fatal.